Selasa, 08 Desember 2015

LEMBAGA NASIONAL PERLINDUNGAN ANAK




MAKALAH
“LEMBAGA NASIONAL PERLINDUNGAN ANAK”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak PG-PAUD Semester 7
Dosen : Bapak Erik, M.Pd

Disusun oleh :
Nama  :
-      NURRUL PRIMA WISTRI
-      RIANI
-      TATI NURHAYATI
PRODI  :
PG-PAUD SMT 7


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) Muhammadiyah Kuningan
2012 - 2013
Jl.Murtasiah Supomo No.28 Telp.(0232) 874085 Kuningan 45511
Website :www.umku.ac.id




KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Lembaga Nasional Perlindungan Anak.
            Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak, PG-PAUD Semester 7. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan makalah ini. Walaupun makalah ini belum sempurna tetapi penulis merasa bangga terhadap hasil yang dicapai.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. Kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Kuningan,   Desember  2015


Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB  I    PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.       Tujuan........................................................................................................ 2

BAB  2     LEMBAGA NASIONAL PERLINDUNGAN ANAK
A.         Sejarah..................................................................................................... 3
B.        Dasar Hukum........................................................................................... 4
C.          Tugas Pokok dan Fungsi.......................................................................... 4
D.         Kedudukan.............................................................................................. 6
E.          Visi, Misi dan Strategi............................................................................. 6

BAB  3      PENUTUP
A.         Kesimpulan.............................................................................................. 9
Daftar Pustaka........................................................................................................... 12


 



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dasar pembentukan Lembaga Negara di Indonesia terbagi pada tiga macam, pertama, berdasarkan UU 1945, seperti; KPU, TNI, Polri, Kementrian dan lain-lain. Kedua, lembaga negara yang berdasarkan atas perintah Undang-Undang, seperti; KPAI, KY, KPPI, dan lain-lain. Ketiga, lembaga negara yang dibentuk berdasarkan di bawah Undang-Undang. Lembaga negara yang berdasarkan perintah UU itu adalah lembaga Independen. Lembaga Independen sendiri merupakan lembaga yang berdiri sendiri tanpa campur tangan Pemerintah.
Adapun latar belakang dibentuknya Lembaga Independen adalah, adanya dinamika masyarakat untuk mewujudkan demokratisasi, akibat kurang kepercayaan masyarakat pada lembaga yang ada, serta adanya semangat transparansi sebagai sarana terciptanya hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah. Tugas Lembaga Independen ini adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan publik yang bebas dari campur tangan politik. Adanya lembaga untuk mengatur profesi-profesi, karena padat membuka lapangan pekerjaan baru.
Adapun lembaga yang bersifat independen yang terbentuk atas perintah Undang-Undang itu, salah satunya adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta sebagai Lembaga Nasional Perlindungan Anak.



B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, terdapat beberapa rumusan masalah erat kaitannya dengan Lembaga Nasional Perlindungan Anak, yaitu sebagai berikut:
1.      Apa Sejarah mengenai Lembaga Nasional Perlindungan Anak itu ?
2.      Apa saja Dasar Hukum mengenai Lembaga tersebut ?
3.      Apa Tugas Pokok dan Fungsinya itu ?
4.      Bagaimana Kedudukan Lembaga tersebut ?
5.      Apa Visi, Misi dan Strategi Lembaga itu ?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui dan memahami Sejarah Lembaga Nasional Perlindungan Anak.
2.      Mengetahui dan memahami Dasar Hukum.
3.      Mengetahui dan memahami Tugas pokok dan Fungsi.
4.      Mengetahui dan memahami Kedudukan Lembaga tersebut.
5.      Mengetahui dan memahami Visi, Misi dan Strategi.


BAB II
LEMBAGA NASIONAL PERLINDUNGAN ANAK

A.      Sejarah
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk berdasarkan amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang tersebut disahkan oleh Sidang Paripurna DPR pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri, pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun kemudian sesuai ketentuan Pasal 75 dari undang-undang tersebut, Presiden menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk memilih dan mengangkat Anggota KPAI seperti yang diatur dalam peraturan per-undang-undangan tersebut.
Berdasarkan penjelasan pasal 75, ayat (1), (2), (3), dan (4) dari Undang-Undang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan 5 (lima) orang anggota, dimana keanggotaan KPAI terdiri dari unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. Adapun keanggotaan KPAI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Periode I (pertama) KPAI dimulai pada tahun 2004-2007.
Pengertian Komnas Pelindungan Anak Indonesia Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan lembaga nasional perlindungan anak resmi yang memiliki wewenang memberi referensi, rujukan, pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia.

B.       Dasar Hukum
Dasar hukum perlindungan anak adalah sebagai berikut:
1.      Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2.      Kepres No. 77 tahun 2003.
3.      Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979.
4.      Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990
5.      UUPA (Undang-Undang Perlindungan Anak)

C.      Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam Pasal 74 UU Perlindungan Anak dirumuskan “Dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak, maka dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen”.
Selanjutnya dalam Pasal 76 UU Perlindungan Anak, dijelaskan tugas pokok KPAI yang berbunyi sebagai berikut :
1.      Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
2.      Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak.
Berdasarkan pasal tersebut di atas, mandat KPAI adalah mengawal dan mengawasi pelaksanaan perlindungan anak yang dilakukan oleh para pemangku kewajiban perlindungan anak sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 yakni : “Negara, Pemerintah, Masyarakat, Keluarga, dan Orangtua” di semua strata, baik pusat maupun daerah, dalam ranah domestik maupun publik, yang meliputi pemenuhan hak-hak dasar dan perlindungan khusus. KPAI bukan institusi teknis yang menyelenggarakan perlindungan anak.
KPAI memandang perlu dibentuknya Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) di tingkat provinsi dan kab/kota sebagai upaya untuk mengawal dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak di daerah. KPAID bukan merupakan perwakilan KPAI dalam arti hierarkis-struktural, melainkan lebih bersifat koordinatif, konsultatif dan fungsional. Keberadaan KPAID sejalan dengan era otonomi daerah dimana pembangunan perlindungan anak menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah.
KPAI mengapresiasi daerah-daerah yang sudah memiliki Perda tentang Perlindungan Anak yang di dalamnya mengatur secara rinci bentuk-bentuk pelayanan perlindungan anak mulai dari pelayanan primer, sekunder hingga tersier, institusi-institusi penyelenggaranya, serta pengawas independen yang dilakukan KPAID.



D.      Kedudukan
KPAI adalah lembaga negara independen yang dibentuk berdasarkan pasal 74 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Kedudukan KPAI sejajar dengan komisi-komisi negara lainnya, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS), Komisi Kejaksaan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan lain-lain.
KPAI merupakan salah satu dari tiga institusi nasional pengawal dan pengawas implementasi HAM di Indonesia (NHRI/National Human Right Institusion) yakni KPAI, Komnas HAM, dan Komnas Perempuan.

E.       Visi, Misi dan Strategi
1.      Visi :
“Terwujudnya Indonesia Ramah Anak” .
2.      Misi :
Meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan perlindungan anak:
a)      Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam perlindungan anak;
b)      Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak;
c)      Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan anak;
d)     Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan utilitas laporan pengawasan perlindungan anak;
e)      Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan pengaduan masyarakat;
f)       Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.

3.      Strategi :
a)        Penggunaan System Building Approach (SBA) sebagai basis pelaksanaan tugas dan fungsi, yang meliputi tiga komponen sistem: (a sistem norma dan kebijakan, meliputi aturan dalam perundang-undangan maupun kebijakan turunannya baik di tingkat pusat maupun daerah; b) struktur dan pelayanan, meliputi bagaimana struktur organisasi, kelembagaan dan tata-laksananya, siapa saja aparatur yang bertanggung jawab dan bagaimana kapasitasnya; c) proses, meliputi bagaimana prosedur, mekanisme kordinasi, dan SOP-nya;
b)        Penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM yang profesional, kredibel dan terstruktur, sehingga diharapkan tugas dan fungsi KPAI dapat berlangsung dengan efektif dan efisien;
c)        Penguatan kesadaran masyarakat untuk mendorong tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang memberikan kemudahan akses terhadap penyelenggaraan perlindungan anak di semua sektor;
d)       Perspektif dan pendekatan yang holistik, komprehensif dan bukan parsial dalam merespon masalah atau kasus, karena masalah atau kasus anak tidak pernah berdiri sendiri namun selalu beririsan dengan berbagai aspek kehidupan yang kompleks;
e)        Diseminasi konsep Indonesia Ramah Anak (IRA) pada berbagai pemangku kewajiban dan penyelenggara perlindungan anak yang meniscayakan adanya child right mainstreaming dalam segala aspek dan level pembangunan secara berkelanjutan;
f)         Penguatan mekanisme sistem rujukan (reveral system) dalam penerimaan pengaduan, sehingga KPAI. Hal ini dipandang penting untuk memantapkan proses penanganan masalah perlindungan anak yang bersumber dari pengaduan masyarakat.
g)        Kemitraan strategis dengan pemerintah dan civil society dalam setiap bidang kerja dan isu agar setiap permasalahan bisa mendapatkan rekomendasi dan solusinya yang tepat, serta terpantau perkembangannya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah milik dan aset bangsa dan negara yang perlu diberikan dukungan dan masukan agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Komnas Pelindungan Anak Indonesia Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan lembaga nasional perlindungan anak resmi yang memiliki wewenang memberi referensi, rujukan, pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia.
Dasar hukum perlindungan anak adalah sebagai berikut:
1.      Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2.      Kepres No. 77 tahun 2003.
3.      Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979.
4.      Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990
5.      UUPA (Undang-Undang Perlindungan Anak)
Pasal 76 UU Perlindungan Anak, dijelaskan tugas pokok KPAI yang berbunyi sebagai berikut :
1.      Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
2.      Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan anak.
Kedudukan KPAI sejajar dengan komisi-komisi negara lainnya, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS), Komisi Kejaksaan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan lain-lain.
Visi :
“Terwujudnya Indonesia Ramah Anak” .
Misi :
Meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan perlindungan anak:
a)      Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam perlindungan anak;
b)      Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak;
c)      Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan anak;
d)     Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan utilitas laporan pengawasan perlindungan anak;
e)      Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan pengaduan masyarakat;
f)       Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.
Strategi :
a)        Penggunaan System Building Approach (SBA),
b)        Penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM yang profesional, kredibel dan terstruktur,
c)        Penguatan kesadaran masyarakat ,
d)       Perspektif dan pendekatan yang holistik, komprehensif dan bukan parsial dalam merespon masalah atau kasus,
e)        Diseminasi konsep Indonesia Ramah Anak (IRA) ,
f)         Penguatan mekanisme sistem rujukan (reveral system) dalam penerimaan pengaduan,
g)        Kemitraan strategis dengan pemerintah dan civil society dalam setiap bidang kerja dan isu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar