MAKALAH
BANGSA
ARAB SEBELUM ISLAM
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Dosen :Drs.
Rosid Ismail

Disusun oleh :
1.
Ade
Erna Angrayini
2.
Nurrul
Prima Wistri
3.
Elis
Suharyanti
Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Muhammadiyah Kuningan
2012-2013
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Zaman
jahiliyah adalah zaman yang terkejam terhadap kaum perempuan arab dan para
budak. Nyawa manusia begitu murahnya seakan tidak pernah dihargai keberadaanya
apalagi bagi mereka kaum budak dan kaum perempuan arab. Kondisi tak manusiawi
ini bukan dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan atau rendahnya peradaban
manusia arab pada waktu itu melainkan karena mereka masyarakat arab jahiliyah
saat itu berada dalam kondisi buta akan kebenaran. Hal ini karenakan juga tidak
berjalannya sistem hukum yang ada karena tangan-tangan penguasa yang identik
dengan kuasa laki-laki. Pada zaman inilah kondisi masyarakat Barbar yang
sesungguhnya, suatu kondisi siapa kuat maka dia yang menjadi pemenang.
Feodalisme berkelas menjadi ciri khas yang diterima tanpa pernah kritikan.
Penguburan
hidup-hidup atas bayi perempuan yang lahir adalah kebiasaan masyarakat
jahiliyah waktu itu dengan alasan bahwa mereka takut kalau kelak suatu hari
anak gadisnya akan diperkosa maka lebih baik dibunuh sejak bayi. Alasan lainnya
yaitu mereka taku melarat dengan membesarkan bayi perempuan karena pada waktu
itu sangat kuat dogma yang beredar dimasyarakat bahwa perempun lemah tidak
mampu bekerja dan mencari uang untuk keluarga. Warisan bukan milik perempuan
namun hanya mutlak milik laki-laki itupun harus bukan dari golongan budak atau
hamba sahaya.
Lebih
parahnya lagi, ada sekelompok binatang tertentu yang mereka larang untuk kaum
perempuan memakannya. Ada juga binatang-binatang tertentu yang ditetapkan tidak
bisa dipakai pergi haji. Bahkan mereka menetapkan binatang-binatang khusus
untuk dimakan oleh penjaga-penjaga berhala mereka. Sungguh mereka telah
menghinakan sesama manusia pada waktu itu dan mereka mengada-ada sesuatu dengan
mengatasnamakan tuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Sistem Politik dan
Kemasyarakatan bangsa arab
2.
Kepercayaan dan Kebudayaan
bangsa arab
3.
Ilmu Pengetahuan
4.
Bidang Sosial dan Budaya
BAB
2 PEMBAHASAN
1. SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN
a. Kondisi Politik
Bangsa Arab
sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri
sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak
mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah.
Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan)
amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di
antara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit
membelanya. Semboyan mereka “ Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau
dianiaya “.
Pada
hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya
masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi
politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat secara
timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan
pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja. Anggota kabilah
harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan damai
ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti
layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang
pemimpin murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa
yang membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan
yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang terabaikan.
Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan
memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan
itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan
dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan
dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan
mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa
mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang
persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan
paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang
banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan
keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka
mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada
dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi
penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair
itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang bersaing mencari simpati.
b. Kondisi Masyarakat
Dikalangan
Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang
keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati
dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang
tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab
karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum
wanita.
Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa
kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa
menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu,
seorang laki-laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak
boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita
harus melalui persetujuan wali wanita.
Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan, sedangkan
kelas masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara
laki-laki dan wanita.
Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan
yang lebih dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah lagi, wanita bisa
bercampur dengan lima orang atau lebih laki-laki sekaligus. Hal itu dinamakan hubungan
poliandri. Perzinahan mewarnai setiap lapisan masyarakat. Semasa itu,
perzinahan tidak dianggap aib yang mengotori keturunan.
Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti
:
1. Pernikahan
secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang
menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin
seketika itu pula.
2. Para
laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita
pelacur.
3. Pernikahan Istibdha’,
seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain hingga
mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya
kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak
yang pintar dan baik.
4. Laki-laki
dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan. Untuk pihak
yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya
menurut kemauannya.
Banyak lagi
hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang diluar kewajaran.
Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah ialah poligami
tanpa ada batasan maksimal, berapapun banyaknya istri yang dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi janda bapaknya, entah karena dicerai atau
karena ditinggal mati. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada
batasannya.
Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di
lapisan tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum
laki-laki dan wanita yang memang masih memiliki keagungan jiwa.
Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak
perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafikan. Atau ada juga yang
membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami
tidak bisa menggambarkannya secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang
keji, buruk, dan menjijikkan.
Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan
buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa
dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan
kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat
rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari
rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.
2. SISTEM KEPERCAYAAN DAN KEBUDAYAAN
Kepercayaan bangsa Arab sebelum
lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma’il Alaihis-Salam, yaitu
menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim Alaihis-Salam yang intinya menyeru
menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.
Waktu terus bergulir sekian lama,
hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan
kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar
dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani
Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah
dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan
hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu
sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para
Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan
meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat
persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti
penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk
tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka
ditempat-tempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka
tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka
tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka
tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin
merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran disetiap tempat di
Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu
yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan
penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti :
- Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
- Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya.
- Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.
Banyak lagi tradisi penyembahan yang
mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat
demi keyakinan mereka pada saat itu.
Bangsa Arab berbuat seperti itu
terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa
mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta
memberikan manfaat di sisi-Nya.
Selain itu, Orang-orang Arab juga
mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal.
Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum.
Dikalangan mereka ada juga yang
percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan sesuatu. Ada juga diantara
mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram jika dendamnya
belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di padang
seraya berkata,”Berilah aku minum, berilah aku minum”!jika dendamnya sudah
dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah
seperti itu, masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim dan mereka sama sekali
tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap ka’bah, thawaf
disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang ada
hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Semua gambaran agama dan kebiasaan
ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari
, keyakinan terhadap hayalan dan khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka.
Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum
itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk
kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab.
Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang
ada pada saat detik-detik kedatangan islam. Namun agama-agama itu sudah banyak
disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orang-orang musyrik yang
mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari perintah
dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang
akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya, dan seiring
dengan perjalanan waktu, mereka berubah menjadi para paganis (penyembah
berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang menggambarakan berbagai macam
khurafat dalam kehidupan agama, kemudian mengimbas kekehidupan social, politik
dan agama.
Sedangkan orang-orang Yahudi,
berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka
menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum
ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam
hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan,
sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian
terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang
semua orang dianjurkan untuk mensucikannya.
Sedangkan agama Nasrani
berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan
pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang
memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti. Karena
ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak
mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama
dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan masyarakatnya
sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan
kebiasaan mereka hampir serupa.
3. Ilmu
Pengetahuan
Meskipun Arab terpencil dari dunia luar, namun mereka
memiliki daya intelektual yang sangat cerdas, bukti dari kecerdasan akal mereka
dalam ilmu pengetahuan dan seni bahasa dapat ditemukan sebagai berikut :
1. Ilmu Astronomi
Bangsa kaidan (Babilon) adalah guru
dunia bagi ilmu astronomi mereka menciptakan ilmu astronomi dan membina
asas-asasnya.
2. Ilmu Meteorologi
Mereka
menguasai ilmu cuaca atau ilmu iklim
3. Ilmu Mitologi
4. Ilmu Tenung.
Keahlian tentang tenung dalam
menenung bukan merupakan bagian intelektual yang tinggi, karena ilmu tenung itu
sendiri bukanlah ilmiah dan hanya bersifat relatif dan terkaan.
5.
Ilmu
Thib (kedokteran)
4. Bidang
Sosial dan Ekonomi
Di nilai dari sosial mereka tergolong bangsa yang ummy
(tidak bisa menulis), tidak memiliki ilmu, seni termasuk juga akhlak, adat
kebiasaan kecuali sangat sedikit kali dan sudah dipastikan di dalam keadaan
seperti ini tidak akan terwujud sebuah aturan, meletakan dasar
perundang-undangan yang dapat menjamin kestabilan dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh sebab itu tidak ditemukan dari aspek ini kecuali besar
perhatian merka terhadap ilmu lisan, sya’ir, biografi, sejarah, dan sedikit
ilmu nujum dan ramalan bintang, cuaca buruk, dengan kondisi hidup mereka yang
seperti itu memaksa mereka untuk mempelajari keseluruhan itu dan melatih diri
untuk berdisiplin ilmu pengetahuan.
Di bidang ekonomi sebelum agama Islam masuk mereka hidup
sebagai pengembala kambing di plosok kampung, dikarnakan tidak mencukupi
kebutuhan hidup yang sedikit air hujan dan turun tidak teratur yang menyebabkan
kebanyakan dari mereka untuk mencuri dan merampok. Di Madinah bangsa Arab hidup
dari pertanian dan itu lebih mudah walupun mereka belum mencapai taraf orang
kaya. Sedangkan penduduk mekkah hidup dari perdagangan dengan kafilah-kafilah
dagangnya yang setiap tahun teratur perjalanan ke syam dan ke Yaman. Namun
pemrmodalan dikuasai oleh pemimpin yang besar dan pemimpinnya saja, sedangkan
masyarakat mayoritas hidup dalam kemsikinan. Juga disitu riba
diperaktikansehingga yang kaya semakin kaya yang miskin tambah juga.
BAB
3 PENUTUP
Kesimpulan
Sebelum datangnya islam,bangsa arab
begitu sangat buruk. Apalagi pada zaman jahiliyah. Mereka terutama kaum laki
laki sangat kasar pada seorang perempuan. Kondisi tak manusiawi ini bukan
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan atau rendahnya peradaban manusia arab
pada waktu itu melainkan karena mereka masyarakat arab jahiliyah saat itu
berada dalam kondisi buta akan kebenaran. Hal ini karenakan juga tidak
berjalannya sistem hukum yang ada karena tangan-tangan penguasa yang identik
dengan kuasa laki-laki.
Pada waktu itu bangsa arab hidup
bersuku-suku atau dikenal dengan kabilah. Tiap kabilah mempunyai pemuka-pemuka.
Semua orang harus menuruti apa yang diperintahkan oleh pemuka tersebut.
. Hubungan seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan
diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang
terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi
terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia
harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Keyakinan yang anut oleh bangsa arab
sebelum islam ialah menikuti ajaran ismail,namun dia mengadakan perjalanan ke
syam,disana dia melihat banyak orang yang menyembah berhala. Dan kemudian dia
membawa ajran itu ke arab. Sehingga di arab merebak kemusrikan yang sangat
merebak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar