MAKALAH
BAB 11
“MANAJEMEN KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN USAHA”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewirausahaan
PG-PAUD Semester 7
Dosen Pengampu : Ibu Sri Endang Susetiawati, M.Pd

Disusun
oleh :
Nama :
|
- NURRUL
PRIMA WISTRI
- KUSMAYATI
- NURUL PONIAN SARI
- TUTI ALAWIYAH
|
124223033
124223056
124223057
124223058
|
PRODI :
|
PG-PAUD SMT 7
|
|
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP) Muhammadiyah Kuningan
2012 - 2013
Jl.Murtasiah
Supomo No.28 Telp.(0232) 874085 Kuningan 45511
Website :www.umku.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Usaha.
Penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewirausahaan, PG-PAUD Semester 7. Ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan makalah
ini. Walaupun makalah ini belum sempurna tetapi penulis merasa bangga terhadap
hasil yang dicapai.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bermanfaat bagi
kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. Kritik yang membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Kuningan, Desember 2015
|
|
|
Penulis
|
BAB 11
MANAJEMEN
KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN USAHA
A.
Pengelolaan
Keuangan untuk Star-Up Busines
1.
Strategi
dan Alat Pengelolaan Keuangan
Strategi
keuangan yang efektif meliputi pengelolaan dan pengawasan catatan-catatan
keuangan, perencanaa, dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai tujuan
memaksimalkan keuntungan pemilik modal. Efektivitas pengelolaan keuangan akan
sangat ditentukan oleh tujuan bisnis yang dimiliki oleh wirausaha dalam dokumen
rencana strategisnya. Jika tujuan bisnis adalah membangun skala usaha yang
luas, meningkatkan mareket share dan
jumlah konsumsen, maka strategi keuangan dengan menetapkan profit margin yang tinggi, hanya menggunakan modal sendiri, dan
memperbanyak asset tetap, mungkin tidak akan cocok. Untuk mendukung tujuan
bisnis diatas akan lebih tepat dibuat marjin keuntungan yang tidak terlalu
besar sehingga harga cukup kompetitif. Digunakan utang karena keterbatasan
pendanaan modal sendiri, dan menggunakan asset tetap melalui fasilitas sewa,
bukan dimiliki sendiri, untuk meminimalkan modal kerja yang dibutuhkan.
Untuk melakukan pengelolaan keuangan
secara efektif, Anda dapat menggunakan neraca (balance sheet), laporan laba rugi dan laporan aliran kas (cash flow statements). Neraca, atau yang
juga dikenal sebagai pernyataan kekayaan bersih, adalah bentuk laporan yang
menjelaskan nilai semua aset yang kita miliki (sisi aktiva) dan nilai semua
kewajiban yang kita miliki dan besarnya modal sendiri (sisi pasiva). Dari
neraca tersebut, terlihat berapa besar nilai yang berhasil ditambahkan dari
modal yang disetor.
Sementara itu, laporan laba rugi
merupakan laporan yang menunjukkan kinerja pengakumulasian laba dalam kurun
waktu tertentu. Nilai laba diperoleh dari pengurangan jumlah pendapatan yang
dihasilkan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan.
Contoh
Laporan Neraca UD. ARVAZETA :
UD.
ARVAZETA
NERACA
Per
31 Desember 200x
AKTIVA
|
PASIVA
|
||
Kas
Piutang
Persediaan
Peralatan
Kendaraan
|
Rp.
10.000
Rp.
25.000
Rp.
65.000
Rp.
100.000
Rp.
300.000
|
Utang
dagang
Utang
Lembaga keuangan
Modal
Sendiri
|
Rp.
70.000
Rp.
30.000
Rp.400.000
|
Total Aktiva
|
Rp. 500.000
|
Total Pasiva
|
Rp. 500.000
|
Contoh Laporan Laba Rugi UD.
ARVAZETA :
UD. ARVAZETA
Laporan Laba Rugi
Untuk
Periode Berakhir 31 Desember 200x
Penjualan Bersih
|
|
Rp. 500.000
|
(-) Harga Pokok
Produksi
|
Rp. 200.000
|
|
(-) Biaya
Administrasi dan overhead lainnya
|
Rp. 80.000
|
|
|
|
(Rp. 280.000)
|
Laba
Kotor sebelum Depresiasi, Bunga, dan Pajak
|
|
Rp.220.000
|
(-) Depresiasi
|
|
(Rp. 40.000)
|
Laba
Kotor sebelum Bunga dan Pajak
|
|
Rp
180.000
|
(-) Bunga
|
|
(Rp. 5.000)
|
Laba
Kotor sebelum Pajak
|
|
Rp.
175.000
|
(-) Pajak
|
|
(Rp. 26.250)
|
Laba
Bersih
|
|
Rp.
148.750
|
Selanjutnya,
laporan aliran kas adalah laporan yang merangkum kondisi kas, baik aliran kas
masuk maupun aliran kas keluar pada suatu rentang waktu tertentu (minggian, bulanan,
atau tahunan). Laporan aliran kas ini memberikan informasi terkait dengan
perilaku penerimaan dan pengeluaran usaha.
Tidak
seperti laporan yang menggunakan dasar accrual
(accrual base), laporan aliran kas menggunakan dasar kas kas (cashe base) sehingga pos-pos seperti
depresiasi, smortisasi, dan accruals
tidak akan dimasukkan dalam laporan ini.
Contoh
Laporan Aliran Kas UD. ARVAZETA :
UD. ARVAZETA
Laporan Arus Kas
Untuk Periode Berakhir 31 Desember
200x
A.
|
Saldo
Kas Awal
|
|
Rp.
10.000
|
B.
|
(+)
Aliran Kas dari Kegiatan Operasi
|
|
Rp.
40.000
|
|
a. (+)
Kas Masuk (dari kegiatan : produksi, penjualan, pengiriman, pembelian, dsb.)
|
Rp.
100.000
|
|
|
b. (+)
Kas Keluar (dari kegiatan : produksi, penjualan, pengiriman, pembelian,
pemasaran, dsb.)
|
Rp.
(60.000)
|
|
C.
|
(-)
Aliran Kas dari Kegiatan Investasi
|
|
(Rp.
(25.000)
|
|
a. (+)
Kas Masuk dari hasil Investasi
|
Rp.
25.000
|
|
|
b. (-)
Kas Keluar untuk Investasi (misal : beli tanah, gedung, dsb.)
|
Rp.
50.000
|
|
D.
|
(+)
Aliran Kas dari Kegiatan Pendanaan
|
|
Rp.
5.000
|
|
a. (+)
Kas Masul (misal : utang baru, penyertaan modal baru)
|
Rp.
20.000
|
|
|
b. (-)
Kas Keluar (misal : pembayaran bunga, pembayaran dividen)
|
Rp.
(15.000)
|
|
E.
|
Saldo
Kas Akhir
|
|
Rp.
10.000
|
F.
|
Surplus
(defisit) Kas Bersih
|
|
Rp. 20.000
|
Dalam setiap usaha,
kadang kala kita perlu tahu juga tentang anggaran (budget). Anggaran menjelaskan kondisi keuangan saat ini, sekaligus
memberikan arahan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan tertentu.
B.
Mengukur
Kelayakan Usaha
Dalam konteks keuangan
sederhana, kelayakan suatu usaha adalah ketika terjadi kondisi dimana hasil
yang diperoleh lebih besar dari dana yang diinvestasikan. Semakin besar
kelebihan dari dana yang kita investasikan, akan semakin menguntungkan
investasi dalam usaha tersebut. Secara matematis, investasi yang menguntungkan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya
=
(Jumlah Barang Terjual x Harga) – Total Biaya
Pendapatan investasi
diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual dengan harga per
unit barang tersebut. Sementara itu, total biaya yang digunakan dalam usaha
dapat dibagi menjadi dua, biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel
cost).
Biaya tetap merupakan
komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang nilainya tidak
dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, khususnya besarnya barang yang
diproduksi/dijual. Artinya, banyak atau sedikit barang yang dihasilkan tidak
menentukan besarnya biaya tetap tersebut. Biaya tetap ini biasanya terkait
dengan aspek waktu, misalnya biaya tenaga kerja tidak langsung per bulan, biaya
administrasi per bulan, biaya sewa toko per bulan, dan biaya pemasaran.
Sementara itu, biaya variabel adalah komponen biaya yang harus ditanggung oleh
pelaku usaha yang nilainya dipengaruhi oleh aktivitas/ volume bisnis. Contoh
dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya
bahan habis pakai, dan biaya listrik dan air.
Biaya total merupakan
penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang ada. Hubungan antara
biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihatpada gambar dibawah ini

Contoh :
Suatu usaha penyamakan kulit membutuhkan
biaya material sebesar Rp. 10 ribu per lembar kulit. Proses penyamakan
dilakukan di toko yang disewa sebesar Rp. 1 juta per bulan. Untuk kepentingan
administrasi umum dibutuhkan biaya Rp. 250 ribu dan biaya tenaga kerja untuk
melakukan aktivitas penyamakan adalah Rp. 2 ribu per lembar kulit. Berapa total
pendapatan, total biaya, dan keuntungan yang dihasilkan oleh usaha tersebut ?
Penjualan = harga barang per unit x jumlah barang terjual
=
15.000 x 1.000
=
15.000.000
Biaya tetap = biaya administrasi umum + biaya sewa toko
=
250.000 + 1.000.000
=
1.250.000
Biaya variabel = biaya material + biaya tenaga kerja langsung
=
10.000.000 + 2.000.000
=
12.000.000
Total biaya = biaya tetap + biaya variabel
=
1.250.000 + 12.000.000
=
13.250.000
Keuntungan = pedapatan – total biaya
=
15.000.000 – 13.250.000
=
1.750.000
1.
Analisis
Titik Impas (Break – Even Point)
Pada bebrapa kasus,
pengusaha tidak hanya ingin mengetahui berapa keuntungan yang mungkin
diperoleh. Pengusaha ingin mengetahui, dalam kondisi seperti apa dia mencapai
titik impas. Dalam pengelolaan keuangan, apa yang diinginkan oleh pengusaha
tersebut akan dengan mudah terjawab melalui perhitungan titik impas (break – even pint), yaitu kondisi dimana
nilai keuntungan bernilai nol. Secara matematis, kondisi impas terjadi ketika
nilai pendapatan sama besar dengan nilai biaya.
Keuntungan = Pendapatan – Biaya, jika nilai keuntungan adalah
nol, maka
Pendapatan = Total Biaya
(Harga x Kuantitas) = Biaya Tetap + (Biaya variabel per unit x
Kuantitas)
Kuantitas Impas = Biaya Tetap/ (Harga – Biaya variabel per unit)
Merujuk pada contoh
sebelumnya, maka kuantitas yang dibutuhkan agar terjadi kondisi impas dapat
dihitung sebagai berikut :
Kuantitas = 1.250.000 / (15.000-12.000)
=
416,6 dibulatkan menjadi 417 unit
Secara grafis, analisis
titik impas tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

2.
Penentuan
Kelayakan Lanjutan
Dalam lingkungan bisnis
dan keuangan, kita percaya adanya nilai waktu uang (time value of money). Berdasarkan konsep tersebut, nilai uang yang
kita terima sekarang akan lebih berarti dibandingkan nilai uang yang sama yang
akan kita terima periode yang akan datang. Mengapa kondisi tersebut dapat
terjadi? Paling tidak terdapat dua hal yang menjelaskan konsep nilai waktu
uang. Pertama, adanya infasi yang menyebabkan harga-harga mengalami penurunan
nilai secara relatif dari waktu ke waktu. Kedua, adanya biaya kesempatan yang
hilang (opportunity cost) apabila
kita gagal menerima kas sesegera mungkin.
Terkait dengan analisis kelayakan usaha, konsep
nilai waktu uang dapat digunakan, khususnya untuk analisis nilai sekarang
bersih (Net Present Value) dan
analisis Internal Rate of Return (IRR).
3.
Net Present Value (NPV)
Net Present
Value adalah akumulasi nilai sekarang kas masuk dan kas
keluar yang dihasilkan oleh investasi. NPV bermanfaat untuk menentukan apakah
investasi yang diambil mampu memberikan aliran kas masuk bersih pada investor.
Untuk menentukan nilai NPV tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut :

Dimana
:
NPV = net
present value
CFt = aliran kas yang diterima pada periode
ke-t
r = tingkat suku bunga yang berlaku
t = periode waktu yang digunakan
Nilai
NPV positif mengindikasikan adanya aliran kas masuk bersih (investasi sebaiknya
dilakukan), nilai NPV negatif mengidentifikasi adanya aliran kasi keluar bersih
(investasi sebaiknya tidak dilakukan), dan nilai NPV sama dengan nol
mengidentifikasikan posisi impas. Semakin besar nilai NPV menunjukkan semakin
prospektifnya suatu proyek.
Contoh
:
Suatu investasi
membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp. 100 juta yang dikeluarkan saat ini.
dari nilai investasi tersebut menghasilkan aliran kas masuk tahun pertama
sebesar Rp. 10 juta , tahun kedua sebesar Rp. 60 juta tahun, ketiga sebesar Rp.
80 juta. Jika tingkat suku bunga yang berlaku adalah 10%, maka nilai NPV dapat
dihitung sebagai berikut :
NPV = -100 + ((10/(1+0.10)1) +
((60/(1+0.10)2) + ((80/(1+0.10)3)
NPV = -100 + 9.09 + 49.59 + 60.11
NPV = Rp. 18.79 juta
Dari contoh diatas
dihasilkan nilai NPV yang positif sehingga investasi tersebut direkomendasikan
untuk dilakukan.
4.
Internal Rate of Return (IRR)
Selain NPV, kita dapat
menggunakan IRR untuk menentukan apakah suatu pilihan investasi layak dilakukan
atau tidak. IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembangan yang membuat NPV
sama dengan nol. Artinya, pada nilai IRR, investasi akan berada pada posisi
impas. Agar suatu investasi layak dilakukan, maka nilai tingkat pengembalian
yang dihasilkan harus lebih besar dari nilai IRR tersebut. Oleh karena itu,
kadang-kadang orang menyebut IRR sebagai tingkat batas keuntungan minimum.
Untuk menghitung besarnya IRR, dapat digunakan formula sebagai berikut :

Dimana
:
IRR = Internal
Rate of Return
CFt = aliran kas yang diterima pada periode
ke-t
t = periode waktu yang digunakan
Contoh :
Suatu investasi membutuhkan aliran kas
keluar sebesar Rp. 100 juta dan dibayarkan sekarang. Dari investasi tersebut
diprediksi mampu menghasilkan aliran kas masuk selama tiga tahun masing-masing
sebesar Rp. 40 juta. Berapa nilai IRR untuk investasi tersebut ?
0 =
-100 + ((40/(1+IRR)1) + ((40/(1+IRR)2) + ((40/(1+IRR)3)
IRR =
9.7 %
Sehingga agar investasi dikatakan layak,
investasi harus mampu memberikan tingkat keuntungan lebih besar dari 9,7%.
C.
Manajemen
Modal Kerja
1.
Pengertian
Modal Kerja
Modal kerja merupakan
besarnya nilai uang yang dibutuhkan untuk mrndukung operasionalisasi suatu
bisnis. Tanpa adanya sejumlah uang tersebut, operasionalisasi bisnis akan
terganggu, misalnya tidak bisa mendapatkan bahan baku, tidak bisa menyediakan
sediaan yang mencakupi, dan tidak tercukupinya kas untuk transaksi.
Jika tidak mendskusikan
modal untuk bisnis, maka biasanya kita mengenal dua terminologi, yaitu modal
kerja operasional bersih (net operating
working capital) dan modal operasi bersih (net operating capital). Modal kerja operasi bersih berfokus pada
likuiditas yang mencakupi dalam menunjang bisnis. Untuk mendapatkan besarnya
nilai modal kerja operasi bersih, dapat digunakan formula sebagai berikut :
= Operating
Current Assets – Operating Current Liabilities
= (cash, receivables, inventory) – (account payable, accruals)
Operating
Current Asset merupakan aset-aset lancar yang
digunakan untuk mendung operasi bisnis, seperti kas, piutang dagang, dan
sediaan. Operating Current Liability
adalah kewajiban-kewajiban lancar yang biasanya terjadi dalam bisnis pada
umumnya, seperti utang dagang dan accruals
(kewajiban pembayaran yang dapat diakumulasi, seperti pajak, dan sebagainya).
Contoh perhitungan Modal kerja Operasi
Bersih UD. ARVAZETA :
= (kas
+ Piutang Dagang + Sediaan) – (Utang Dagang + Accruals)
= (10.000
+ 25.000 + 65.000) – (70.000 + 0)
= 30.000
Jadi, agar kegiatan operasional UD.
ARVAZETA dapat berjalan, diperlukan modal kerja operasi sebesar Rp. 30.000.
Sementara itu, modal
operasi bersih (net operating capital)
menunjukkan besarnya dana yang harus disediakan agar kegiatan operasi bisnis
berlangsung, baik dari aspek likuiditasnya maupun aspek penyediaan aset-aset
pendukung. Untuk mendapatkan besarnya nilai modal operasi bersih, dapat
digunakan formula :
= (cash, receivables, inventory) – (account payable, accruals) + Fixed Asset
= Net
Operating Working Capital + Fixed Asset
Contoh Penghitungan Modal Operasi Bersih
UD. ARVAZETA :
= (Kas
+ Piutang Dagang + Sediaan) – (Utang Dagang + Accruals) + (Peralatan +
Kendaraan)
= (10.000
+ 25.000 + 65.000) – (70.000 + 0) + (100.000 + 300.000)
= 430.000
Jadi, jika mempertimbangkan bisnis
tersebut membutuhkan pengadaan aset-aset tetap, maka dibutuhkan modal operasi
sebesar Rp. 430.000. dengan kata lain, kebutuhan permodal UD. ARVAZETA lebih
banyak terserap untuk pengadaan aset-aset tetap, sementara untuk kepentingan
modal kerja riilnya hanya sebesar Rp. 30.000. Oleh karena itu, dapat dipertimbangkan
pemenuhan aset-aset tetap yang dibutuhlan melalui transaksi sewa dan
sebagainya.
2.
Manajemen
Modal Kerja
Kita telah memahami
bagaiman menghitung besarnya modal kerja operasi dan modal operasi. Pengelolaan
modal kerja tersebut sangat penting dilakukan, khususnya untuk menjamin
lancarnya kegiatan operasional bisnis dan terpenuhinya kewajiban-kewajiban
jangka pendek.
Untuk melakukan
pengelolaan modal kerja tersebut terdapat dua hal yang harus diperhatikan.
Pertama, siklus konversi kas (cash conversion
cycle) yaitu periode yang dibutuhkan agar kas yang diinvestasikan untuk
kegiatan bisnis dapat kembali dalam bentuk uang kas.
Seperti
kita ketahui bahwa dalam kegiatan bisnis, uang yang dimiliki kita gunakan intuk
membeli material untuk produksi, kemudian material tersebut kita proses,
kemudian kita jual kepada konsumen. Adakalanya dalam proses penjualan tersebut
kita memberikan tempo pembayaran sehingga kita hars melakukan penagihan untuk
mengubah penjualan menjadi bentuk pendapatan kas.
Siklus
di atas tentunya membutuhkan waktu. Semakin cepat waktu yang ada dalam siklus
tersebut, maka kita berpotensi memiliki modal kerja yang semakin hemat. Kedua,
besarnya tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (ROIC/ Return on Invested Capital) dan besarnya
biaya modal (CoC/ Cost of Capital) .Nilai
ROIC dapat diperoleh dengan membandingkan besarnya Laba Bersih dengan jumlah
Modal uang diinvestasikan. ROIC menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan dari setiap rupiah nominal yang diinvestasikan.
Sementara
nilai biaya modal diperoleh, baik dari nilai bunga yang dibayarkan kepada
kreditor maupun dari nilai keuntungan yang diminta oleh pemegang saham. Bisnis
yang sehat akan memiliki selisih positif antara ROIC dengan CoC yang besar. Artinya,
tingkat keuntungan yang diberikan oleh bisnis tersebut lebih besar dari biaya
modal yang digunakan. Sehingga dalam konteks pengelolaan modla kerja, harus
dipastikan bahwa terdapat surplus atas selisih ROIC dengan CoC diatas.
Secara
spesifik, terdapat empat area dalam pengelolaan modal kerja. Pertama, Cash Management, yaitu upaya untuk mengoptimalkan jumlah kas yang
dibutuhkan. Biasanya kas yang harus ada untuk kebutuhan transaksi,
berjaga-jaga, maupun kebutuhan spekulatif lainnya. Kekurangan kas akan membuat
bisnis dalam masalah. Usaha Anda bisa gagal mendapat margin keuntungan atau
Anda mengalami kemungkinan menutunnya image perusahaan karena tidak mampu
memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo.
Namun,
terlalu banyak kas yang dimiliki juga mengidentifikasi adanya kesemapatan yang
hilang (opportunity loss) untuk
mendapatkan tingkat keuntungan dari investasi. Oleh karenanya, perlu disusun
formulasi jumlah kas yang optimal. Sementara itu, untuk tujuan operasional
pengelolaan, dapat digunakan anggaran kas.
Kedua,
Inventory Management yaitu upaya
untuk mengelola tingkatan sendiaan sehingga tidak terjadi over-stock yang
menyebabkan kebutuhan modal kerja terlalu besar (padahal tidak diperlukan).
Atau, terjadinya under-stock yang menyebabkan permintaan konsumen tidak
terpenuhi.
Ketiga, Account receivable
Mangement yaitu upaya mengelola besarnya piutang kepada
konsumen. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan atau meningkatkan hubungan
dengan konsumen diperlukan tempo pembayaran yang lebih fleksibel (lebih
panjang) kepada konsumen. Namun, terlalu lama tempo pembayaran yang diberikan
akan menyebabkan modal kerja yang dibutuhkan meningkat.
Keempat, Account payable Mangement
yaitu upaya untuk mengelola besarnya utang dagang yang kita miliki. Semakin
besar utang dagang, akan membuat makin kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.
Hal yang sama juga berlaku untuk tempo pembayaran utang. Semakin panjang waktu
yang diberikan untuk melakukan pembayaran utang, maka modal kerja yang
dibutuhkan akan semakin sedikit.
D.
Manajemen
Utang
Dalam bisnis,
adakalanya modal sendiri yang digunakan tidak lagi mencukupi. Oleh karenanya,
pemilik usaha dapat mengundang pihak lain untuk turut serta memiliki bisnis
tersebut, menjadi pemegang saham melalui penyertaan modal. Jika pilihan tersebut
diambil, maka konsekuensinya pemilik usaha akan berbagi kepemilikan dengan
investor.
Adakalanya karena
pertimbangan tertentu, seseorang enterpreneur
tidak menginginkan kondisi tersebut terjadi. Sehingga dia lebih suka mengundang
pihak lain (kreditor) untuk memberikan pinjaman dana untuk digunakan dalam
bisnis. Dalam berhubungan dengan kreditor, pebisnis tidak akan berbagi
kepemilikan dengannya, tetapi sebagai konsekuensinya, kreditor akan memberikan
skema pembayaran atas dana yang digunakan tersebut.
Karena alasan tersebut,
penggunaan utang dapat menjadi alternatif solusi pendanaan, disamping secara
ekonomis terbukti biaya utang lebih murah dibandingkan biaya modal sendiri.
Namun demikian, Anda harus berhati-hati sebelum berutang. Anda harus memastikan
bahwa tingkat keuntungan yang Anda hasilkan dari kegiatan bisnis tersebut mampu
digunakan untuk membayar cicilan yang disyaratkan oleh utang tersebut. Jika
kondisi tersebut tidak dipenuhi, maka penggunaan utang akan membuat modal yang
Anda tanamkan akan semakin berkurang, dan Anda berada dalam kondisi awal
kebangkrutan.
1.
Jenis-Jenis
Utang
Terdapat bebrapa jenis
utang yang sering kita jumpai. Berdasarkan tipenya, kita dapat
mengklasifikasikan utang ke dalam lima kelompok, yaitu :
a)
Berdasarkan
periode utang : terdapat utang jangka pendek (kurang
dari 1 tahun), utang jangka menengah (1-5 tahun), dan utang jangka panjang
(lebih dari 5 tahun).
b)
Berdasarkan
penggunaan utang : terdapat utang kepemilikan perumahan,
toko, dan sebaginya (real estate loan),
utang untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi dan konsumsi (personal loan), dan utang lainnya (non-real astate loan).
c)
Berdasarkan
ada tidaknya jaminan : terdapat utang yang mensyaratkan
adanya jaminan/ callateral tertentu (secured loan) dan utang yang tanpa
mensyaratkan jaminan (unsecured loan).
d)
Berdasarkan
tingkat suku bunga : terdapat utang yang memiliki tingkat
suku bunga tetap sampai dengan jatuh tempo (fixed
rate loan) dan utang dengan tingkat suku bunga berubah-ubah sesuai dengan
kondisi saat itu (variabel rate loan).
e)
Berdasarkan
tipe pembayaran : terdapat 4 jenis utang, yaitu utang
dengan model pembayaran satu kali atas nominal utang tersebut, dan biasanya
diakhir periode utang (single payment
loan), utang dengan model maksimum plafon pinjaman dan pengusaha diperkenankan meminjam maksimum sebesar
plafon tersebut (line of credit),
utang dengan pembayaran bunga lebih besar diawal periode dan semakin lama
semakin menurun, biasanya untuk pinjaman KPR dan kepemilikan kendaraan (amortized loan), dan utang dengan
fleksibilitas pembayaran lebih besar diakhir periode (ballon payment loan).
2.
Biaya
Utang
Seperti
yang dijelaskan diatas, meskipun utang memiliki kelebihan dibandingkan sumber
dana lainnya, tetapi utang juga memberikan kewajiban bagi intrepeneur yang
meminjam untuk membayarnya .biaya utang dapat terdiri dari biaya bunga dan
biaya non bunga (misalnya, appraisal, biaya provisi, biaya administrasi, dan sebagainya).untuk
biaya bunga harus dicermati oleh pembisnis adalah tipe bunga yang digunakan
.secara umum,terdapat tiga jenis tipe bunga yang sering digunakan yaitu ;
·
APR Annual
Percentage Rate/Nominal Rate ,yaitu tingkat suku bunga yang berlaku Selama
satu tahun .contoh ;UD.ARVAZETA meminjam dari lembaga keuangan sebesar
Rp.1.000,000 dengan tingkat suku bunga 12%APR .artinya dalam periode satu tahun
UD.ARVAZETA menangggung beban pembayaran bunga sebesar
12%xRp.1.000,000=Rp.120.000.
·
Periodic
Rate
,yaitu tingkat bunga berdasarkan periode yang berlaku.untuk menghitung periodic
rate ,dapat digunakan rumus
Periodic
rate
=APR/m
APR
adalah tingkat suku bunga tahunan ,dan m adalah jumlah bulanan.jadi,
berdasarkan contoh diatas ,tingkat suku bunga periodic per bulan yang harus
ditanggung oleh UD.ARVAZETA adalah 1%.
·
Effective
Rate
adalah tingkat suku bunga yang secara efektif harus ditanggung oleh peminjam
.tingkat suku bunga inilah yang dapat digunakan untuk melakukan perbandingan
antara beberapa pilihan pinjaman yang ditawarkan oleh lembaga keuangan .untuk
mendapatkan suku bunga efektif ,dapat digunakan formula sebagai berikut :
Eff =(1+periodic
rate)m-1
E.
Sumber-Sumber
Pendanaan
Secara
umum terdapat 4 sumber pendanaan yang dapat diakses oleh setiap entrepreneur ,yaitu
:
·
Individual Deposits
& Savings yaitu simpanan ,baik yang berupa tabungan ,deposito, maupun
giro yang dimiliki oleh setiap entrepreneur .jika simpanan itu digunakan untuk
berbisnis ,maka biasanya dianggap sebagai penyertaan modal sendiri.
·
Loan
,yaitu utang yang disediakan oleh pihak-pihak tertentu ,diantaranya
a) Family Loan
yaitu utang yang berasal dari keluarga , ayah, ibu, mertua, kakak, adik dan
sebagainya
b) Neighbors loan
yaitu utang dari kolega ,saudara,dan partner bisnis secara individual
c) Penggadaian
loan yaitu memanfaatkan jasa gadai dari penggadaian untuk mendapatkan dana
segar dalam rangka menjaga likuiditas
d) Bank
loans yaitu pinjaman kepada lembaga perbankan ,baik bank umum,bank perkreditan
rakyat,maupun bank syariah
e) Venture capital
yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga-lembaga modal ventura .
f) Leasing yaitu
mencari sumber pendanaan dengan memanfaatkan skema pembiayaan yang disediakan oleh lembaga pembiayaan baik berupa operational lease maupun financial
lease
·
Suppliers
yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh supplier untuk mengurangi kebutuhan
pendanaan usaha ,seperti pembelian kredit , tempo pembayaran ,dan sebagainya .
·
Customers
yaitu
upaya menggunakan dana yang memiliki oleh konsumen untuk pembiayaan usaha,
seperti pemesanan dana pembayaran di muka (installment)
F. Financial
Thermometer
Seperti
tubuh manusia ,kondisi bisnis juga dapat berubah-ubah ,baik menjadi lebih baik
maupun lebih buruk .untuk mengetahui kondisi tersebut ,kita dapat menggunakan
alat ukur berupa thermometer keuangan sebagai berikut :
1. Termometer Likuiditas
yaitu ukuran –ukuran yang menunjukan kemampuan bayar atas kewajiban yang
dimiliki oleh suatu usaha .terdapat dua jenis thermometer likuiditas yaitu
current ratio (CR) dan quick ratio (QR)
a. Current ratio
dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :
CR=current asset/current liability
b. Quick ratio
dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut
QR=(Current asset-inventory)/current liability
2. Thermometer
pengelolaan semangat yaitu ukuran-ukuran yang menunjukan efektivitas
pengelolaan asset yang dimiliki.terdapat empat jenis thermometer pengelolaan
asset ,yaitu inventory trun over (Inv.TO),Days Sales Outstanding(DSO),Fixed
Asset Trun Over (Fato) DAN Total Asset Trun Over (TATO)
a.
Nilai inventory trun over menunjukan efektifitas penggunaan persediaan
dalam mendapatkan penjualan .nilai tersebut dapat diperoleh dengan formula
sebagai berikut
inventory trun over=sales/inventory
b.
Nilai days sales outstanding menunjukan efektivitas pengelolaan piutang
dagang yang dimiliki oleh intrepreneur .nilai tersebut dapat dihitung dengan
formula
DSO=receivables/average sales per day
c. Nilai
fixed asset trun over menunjukan
efektifitas penggunaan asset-aset tetap dalam mendapatkan penjualan .nilai
tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :
Fixed
asset trun over= sales/total fxed asset
d. Nilai
total asset trun over(TATO)
menunjukan efektifitas penggunaan keseluruhan asset yang dimiliki untuk
membukukan penjualanb .niali tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai
berikut ;
TATO =sales/total asset
3. Thermometer
pengelolaan utang yaitu ukuran-ukuran yang menunjukan efektifitas pengelolaan
utang terdapat dua ukuran yang sering digunakan yaitu debt ratio dan time
interest earned ratio .
a. Debt ratio
menunjukan proporsi pendanaan yang dimilikin oleh suatu usaha . semakin tinggi
nilai debt ratio ,menunjukan semakin bayak utang digunakan.nilai ratio dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Debt ratio=total liability/total
asset
b. Time interest earned ratio(TIE)
menunjukan kemampuan pembayaran bunga atas utang –utang yang digunakan oleh
perusahaan .semakin besar nilai rasio resebut akan semakin baik .nilai rasio
tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut ;
TIE=earnings before
interest and tax/interest charges
4. Thermometer profitabilitas
yaitu ukuran –ukuran yang menunjukan kemampuan bisnis dalam menghasilkan
keuntungan .secara umum ,terdapat empat thermometer yang digunakn ,yaitu profit
margin(PM),basic earning power(BEF),Return Onasset (ROA) ,dan return on equity
(ROE)
a. Profit margin(PM)
menunjukan kemampuan bisnis untuk dapat keuntungan dari setiap penjualan yang
dibukukan .semakin besar nial PM akan semakin baik .nilai PM tersebut dapat
diperoleh engan formula sebagai berikut ;
PM=net income/sales
b. Basic earning power
(BEP) menunjukan kemampuan asset-aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba
kotor .semakin besar nilai BEF akan semakin baik .nilai BEP tersebut dapat
diperoleh dari formula sebagai berikut :
BEP=earning before
interest and tax /total asset
c. Return on asset
(ROA) menunjukan kemampuan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilakn
keuntungan bersih.semakin besar nilai ROA
akan semakin baik .nilai ROA tersebut dapat diperoleh dengan formula
sebagai berikut:
ROA=net income /total
asset
d. Return equity
(ROE) menunjukan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.semakin
besar nilai ROE akan semakin baik .nilai ROE resebut dapat diperoleh dengan
formula sebagai berikut ;
ROE=net income /common equity
v Tips Pengelolaan Keuangan
Tips dan trik pengelolaan modal
kerja :
1. Tentukan
siklus konversi kas (cash conversion
cycle)
Siklus konversi kas
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kas (modal awal) menjadi kas
kembali (pendapatan). Siklus dimulai dari kas awal yang digunakan untuk membeli
persediaan guna kegiatan produksi, kemudian diproses menjadi produk yang siap
dijual, dilakukan penjualan, dan berakhir dipenagihan penjualan. Semakin cepat
waktu yang dibutuhkan untuk mengonversikan dari kas menjadi kas kembali, maka
modal kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit. Sebagai contoh, bisnis
makanan memiliki cash conversion cycle
+ / - 5 hari, sementara bisnis ritel memiliki cash conversion cycle + / - 35 hari. Dari sudut pandang ini,
tentunya masuk akal jika kebutuhan modal untuk bisnis ritel jauh lebih besar
dbanding kebutuhan modal dalam bisnis makanan.
1. Optimalkan
kebijakan cash management
Tentukan jumlah kas
optimal, misalnya menggunakan anggaran kas, untuk menghindari cash shortage dan
investment opportunity loss.
2. Optimalkan
kebijakan inventory mangement
Semakin sedikit yang
dimiliki tentu akan semakin sedikit pula modal kerja yang dibutuhkan. Namun,
terlalu sedikit memiliki sediaan, terdapat risiko todakterlayaninya permintaan
konsumen.
3. Optimalkan
kebijakan manajement piutang
Sedapat mungkin
kerugian besarnya piutang kepada counter-party
Anda. Jika terpaksa ada, pastikan tempo pembayaran yang jatuh temponya pendek.
Dan jika terlanjur memiliki piutang dalam jumlah yang signifikan, segera
perbaiki manajemen penagihan.
4. Optimalkan
kebijakan manjemen utang
Perbaiki posisi tawar Anda dengan supplier sehingga Anda mendapatkan
fleksibilitas dalam pembayaran serta tempo pembayaran yang lebih lama. Jika
kondisi tersebut terjadi, maka kebutuhan modal kerja dapat ditekan.
v Tips dan Trik Mencari Pinjaman yang
Aman :
1. Pahami
benar karakteristik bisnis Anda.
2. Hitung
benar kebutuhan keuangan Anda.
3. Ukur
kekuatan pembayaran Anda.
4. Perkiraan
besarnya bunga yang harus dibayarkan dan periode pinjaman.
5. Jika
diperlukan, minta penjelasan lebih detail dan lakukan simulasi.
6. Siapkan
dokumen-dokumen yang diperlukan.
Daftar Pustaka
Brigham,
Eugene F. And Michael C. Ehrhardt. 2005. Financial
Management : Theory and Practice. 11st edition, Singapore :
South-Western, Thomson Learning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar